A.
ENZIM
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein.
Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini
disebut zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim
dipisahkan satu sama lainnya menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya
dapat digabungkan menjadi satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim
tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan
berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama
dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan
tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim
bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat.
Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP
(Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah
dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.
Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD
atau donor dari gugus kimia, seperti AT P (Adenosin Tri Phosfat).
B.SIFAT SIFAT ENZIM
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk
akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan
laju suatu reaksi.
b. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat
tertentu saja.
c. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim
akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan
pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim
dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya
mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan
suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun
senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai
berikut.
f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor
(penghambat) serta konsentrasi substrat.
C.AKTIFASI
ENZIM
Enzim dapat bekerja mmpercepat
suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Untuk bekerja, enzim
membutuhkan substrat. Dengan menurunkan energi aktivasi, maka terbentuknya
kompleks enzim-substrat menjadi lebih cepat, sehingga reaksi cepat terjadi. Cara aktivasi enzim: enzim merupakan suatu protein. Enzim akan teraktifkan
saat masuk ke aparatus golgi, untuk penambahan suatu substansi dalam proses
pematangan (packaging). Cara inaktivasi enzim dengan
feed back mechanism. Ada 2 macam feed back, yaitu feed back positif
(inducible), dan feed back negatif (inhibitor). Dengan mekanisme feed back
negatif, enzim dapat diinaktifkan.
Contoh: acyltransferase, glycosiltransferase.
Salah satu sifat enzim yaitu
bahwa enzim merupakan biokatalisator yang paling efisien. Dalam menjalankan
tugasnya inilah ada beberapa hal yang mempengaruhi kecepetan reaksi yang
dilakkan enzim, yang pastinya berhubungan erat dengan energi aktivasi.
Kecepatan reaksi yang tinggi
dengan keberadaan enzim berhubungan dengan energi aktivasi. Maksud dar
pernyaaan ini yaitu jika reaksi yang terjadi dalam sel berlangsung diluar sel,
kecepatannya akan sangat lambat kecuali yang terjadi pada energi diberikan,
misalnya dengan peningkatan suhu. Sementara reaksi dalam sel berlangsung
pada suhu sekitar lingkungannya (mis. 5o - 40oC).
Aktivasi enzim di dalam tubuh makhluk hidup di kontrol
sel dengan cara berikut :
1.
Aktivasi enzim berupa produksi enzim dikontrol
berkaitan dengan respon sel terhadap lingkungan, dengan cara transkripsi dan
translasi gen enzim, dan bentuk regulasinya disebut induksi atau inhibisi.
2.
Membuat lintasan metabolisme beragam dalam kompartemen
sel yang berada bisa mengkompartemen enzimnya.
3.
Inhibitor dan aktivator meregulasi enzim dengan
mekanisme umpan balik untuk efisiiensi dalam zat dan energi srta menghindari
pembuaran priduk secra berlebihan.
4.
Aktivasi enzim berupa regulasi enzim juga dapat
dilakukan melalui modifikasi pascatranslasional.
D.REGULASI
ENZIM
Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia
dengan menurunkan energi aktivasi. Enzim tersebut akan bergabung sementara
dengan reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang
lebih rendah daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan
transisi tanpa bantuan katalisator atau enzim.
Enzim bekerja dengan regulasi tertentu.
Kinetika reaksi yang cepat, itulah kelebihan dari enzim. Namun
kecepatan ini juga harus dikoordinasikan sedemikian rupa agar enzim yang
bersangkutan tidak berada di jalan yang salah. Terdapat lima jenis pengaturan
enzim yaitu:
Induksi-RepresiMekanisme ini merupakan regulasi yang ditujukan pada pangkalnya,
yaitu pada tingkat DNA. Seperti yang sudah ditinjau sebelumnya bahwa enzim
merupakan protein yang disintesis berdasarkan kode genetik yang terdapat pada
DNA. Regulasi pada DNA ini pada akhirnya akan meregulasi sintesis enzim yang
bersangkutan. Apabila sintesis enzim di-represi, maka artinya sedikit kerja.
Sebaliknya apabila diinduksi, maka sintesis enzim akan dipercepat sehingga
enzim akan banyak tersedia
Regulasi Alosterik
Regulasi ini dilakukan oleh suatu senyawa kimia lain yang bukan
merupakan substrat bagi enzim. Senyawa kimia ini, yang diistilahkan sebagai
‘aktivator/inhibitor alosterik’ dapat merubah bentukan 3-dimensi enzim
sedemikian rupa sehingga enzim tersebut pada akhirnya akan bekerja lebih cepat
atau lebih lambat. Perumusan kerja untuk model enzim alosterik dibuat oleh
Monod, Wyman, dan Changeux. Model untuk kerja enzim yang seperti itu selanjutnya
dikenal sebagai ‘cooperativity’ atau juga model MWC.
Fosforilasi Enzim
Disini kita akan melihat enzim mengkatalisis enzim, tepatnya dalam
reaksi fosforilasi atau mengikatkan gugus fosfat pada suatu enzim. Sebagian
besar enzim di dalam tubuh kita kerjanya sangat terpengaruh dengan apa yang
disebut sebagai kesetimbangan substrat-produk. Enzim memang dapat mempercepat
reaksi perubahan substrat menjadi produk, namun tidak kuasa untuk mengubah
proporsi alamiah dari keberadaan substrat-produk. Inilah kesetimbangan, suatu
nilai tetap proporsi campuran substrat dengan produk. Seringkali ketika suatu
reaksi yang dikatalisis oleh enzim sudah akan mencapai nilai kesetimbangan
reaksinya, maka produk tersebut akan menghambat kerja enzim persis seperti
regulasi alosterik. Regulasi seperti ini memang perlu ada, namun pada
kondisi-kondisi tertentu hal ini perlu dihindari sehingga tercipta mekanisme
seperti ini. Terdapat satu enzim khusus yang tugasnya memfosforilasi enzim
regulator tersebut. Ketika enzim regulator tersebut terfosforilasi, maka enzim
tersebut tidak akan dapat dihambat secara alosterik lagi. Tentu saja keadaan
enzim yang terfosforilasi ini ada jangka waktunya dan juga terdapat enzim yang
bertugas untuk mencopot gugus fosfat dari enzim regulator apabila sudah tidak
diperlukan lagi.
E. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Enzim
Adapun
faktor – faktor yang mempengaruhi enzim adalah sebagai berikut:
- Suhu (temperatur)
Enzim tersusun oleh protein,
sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik
pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga
meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang
disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja
enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 300
– 40 0C.
- Derajat keasaman (pH)
Perubahan pH dapat
mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga
menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja
baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda.
Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa),
sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam).
- Aktivator dan Inhibitor
Aktivator merupakan molekul
yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya, misalnya ion klorida
yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang
menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan
enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor. Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :
Molekul penghambat yang
strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut berkompetisi dengan
substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida bersaing
dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai akhir respirasi.
Inhibitor kompetititf dapat diatasi dengan penambahan konsentrasi substrat.
Molekul penghambat yang
bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif enzim.
Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan
dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat.
- Konsentrasi Enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi
oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim makin tinggi pula
kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi.
- Konsentrasi Substrat
Peningkatan konsentransi
substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah enzim tetap. Namun
pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan substrat
tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya.
A.
ENZIM
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein.
Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini
disebut zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim
dipisahkan satu sama lainnya menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya
dapat digabungkan menjadi satu, yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim
tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
1. Apoenzim
Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan
berfungsi menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama
dapat menjadi senyawa yang berlainan, tergantung dari enzimnya.
2. Koenzim
Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan
tetapi, koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim
bersifat termostabil (tahan panas), mengandung ribose dan fosfat.
Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP
(Nicotiamida Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah
dehidrogenase. Disini NADP berfungsi sebagai akseptor hidrogen.
Koenzim dapat bertindak sebagai penerima/akseptor hidrogen, seperti NAD
atau donor dari gugus kimia, seperti AT P (Adenosin Tri Phosfat).
B.SIFAT SIFAT ENZIM
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk
akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan
laju suatu reaksi.
b. Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat
tertentu saja.
c. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim
akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan
pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim
dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya
mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan
suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun
senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai
berikut.
f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor
(penghambat) serta konsentrasi substrat.
C.AKTIFASI
ENZIM
Enzim dapat bekerja mmpercepat
suatu reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Untuk bekerja, enzim
membutuhkan substrat. Dengan menurunkan energi aktivasi, maka terbentuknya
kompleks enzim-substrat menjadi lebih cepat, sehingga reaksi cepat terjadi. Cara aktivasi enzim: enzim merupakan suatu protein. Enzim akan teraktifkan
saat masuk ke aparatus golgi, untuk penambahan suatu substansi dalam proses
pematangan (packaging). Cara inaktivasi enzim dengan
feed back mechanism. Ada 2 macam feed back, yaitu feed back positif
(inducible), dan feed back negatif (inhibitor). Dengan mekanisme feed back
negatif, enzim dapat diinaktifkan.
Contoh: acyltransferase, glycosiltransferase.
Salah satu sifat enzim yaitu
bahwa enzim merupakan biokatalisator yang paling efisien. Dalam menjalankan
tugasnya inilah ada beberapa hal yang mempengaruhi kecepetan reaksi yang
dilakkan enzim, yang pastinya berhubungan erat dengan energi aktivasi.
Kecepatan reaksi yang tinggi
dengan keberadaan enzim berhubungan dengan energi aktivasi. Maksud dar
pernyaaan ini yaitu jika reaksi yang terjadi dalam sel berlangsung diluar sel,
kecepatannya akan sangat lambat kecuali yang terjadi pada energi diberikan,
misalnya dengan peningkatan suhu. Sementara reaksi dalam sel berlangsung
pada suhu sekitar lingkungannya (mis. 5o - 40oC).
Aktivasi enzim di dalam tubuh makhluk hidup di kontrol
sel dengan cara berikut :
1.
Aktivasi enzim berupa produksi enzim dikontrol
berkaitan dengan respon sel terhadap lingkungan, dengan cara transkripsi dan
translasi gen enzim, dan bentuk regulasinya disebut induksi atau inhibisi.
2.
Membuat lintasan metabolisme beragam dalam kompartemen
sel yang berada bisa mengkompartemen enzimnya.
3.
Inhibitor dan aktivator meregulasi enzim dengan
mekanisme umpan balik untuk efisiiensi dalam zat dan energi srta menghindari
pembuaran priduk secra berlebihan.
4.
Aktivasi enzim berupa regulasi enzim juga dapat
dilakukan melalui modifikasi pascatranslasional.
D.REGULASI
ENZIM
Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia
dengan menurunkan energi aktivasi. Enzim tersebut akan bergabung sementara
dengan reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang
lebih rendah daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan
transisi tanpa bantuan katalisator atau enzim.
Enzim bekerja dengan regulasi tertentu.
Kinetika reaksi yang cepat, itulah kelebihan dari enzim. Namun
kecepatan ini juga harus dikoordinasikan sedemikian rupa agar enzim yang
bersangkutan tidak berada di jalan yang salah. Terdapat lima jenis pengaturan
enzim yaitu:
Induksi-RepresiMekanisme ini merupakan regulasi yang ditujukan pada pangkalnya,
yaitu pada tingkat DNA. Seperti yang sudah ditinjau sebelumnya bahwa enzim
merupakan protein yang disintesis berdasarkan kode genetik yang terdapat pada
DNA. Regulasi pada DNA ini pada akhirnya akan meregulasi sintesis enzim yang
bersangkutan. Apabila sintesis enzim di-represi, maka artinya sedikit kerja.
Sebaliknya apabila diinduksi, maka sintesis enzim akan dipercepat sehingga
enzim akan banyak tersedia
Regulasi Alosterik
Regulasi ini dilakukan oleh suatu senyawa kimia lain yang bukan
merupakan substrat bagi enzim. Senyawa kimia ini, yang diistilahkan sebagai
‘aktivator/inhibitor alosterik’ dapat merubah bentukan 3-dimensi enzim
sedemikian rupa sehingga enzim tersebut pada akhirnya akan bekerja lebih cepat
atau lebih lambat. Perumusan kerja untuk model enzim alosterik dibuat oleh
Monod, Wyman, dan Changeux. Model untuk kerja enzim yang seperti itu selanjutnya
dikenal sebagai ‘cooperativity’ atau juga model MWC.
Fosforilasi Enzim
Disini kita akan melihat enzim mengkatalisis enzim, tepatnya dalam
reaksi fosforilasi atau mengikatkan gugus fosfat pada suatu enzim. Sebagian
besar enzim di dalam tubuh kita kerjanya sangat terpengaruh dengan apa yang
disebut sebagai kesetimbangan substrat-produk. Enzim memang dapat mempercepat
reaksi perubahan substrat menjadi produk, namun tidak kuasa untuk mengubah
proporsi alamiah dari keberadaan substrat-produk. Inilah kesetimbangan, suatu
nilai tetap proporsi campuran substrat dengan produk. Seringkali ketika suatu
reaksi yang dikatalisis oleh enzim sudah akan mencapai nilai kesetimbangan
reaksinya, maka produk tersebut akan menghambat kerja enzim persis seperti
regulasi alosterik. Regulasi seperti ini memang perlu ada, namun pada
kondisi-kondisi tertentu hal ini perlu dihindari sehingga tercipta mekanisme
seperti ini. Terdapat satu enzim khusus yang tugasnya memfosforilasi enzim
regulator tersebut. Ketika enzim regulator tersebut terfosforilasi, maka enzim
tersebut tidak akan dapat dihambat secara alosterik lagi. Tentu saja keadaan
enzim yang terfosforilasi ini ada jangka waktunya dan juga terdapat enzim yang
bertugas untuk mencopot gugus fosfat dari enzim regulator apabila sudah tidak
diperlukan lagi.
E. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Enzim
Adapun
faktor – faktor yang mempengaruhi enzim adalah sebagai berikut:
- Suhu (temperatur)
Enzim tersusun oleh protein,
sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik
pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga
meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang
disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja
enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 300
– 40 0C.
- Derajat keasaman (pH)
Perubahan pH dapat
mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga
menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja
baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda.
Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa),
sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam).
- Aktivator dan Inhibitor
Aktivator merupakan molekul
yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya, misalnya ion klorida
yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang
menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan
enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor. Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :
Molekul penghambat yang
strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut berkompetisi dengan
substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida bersaing
dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai akhir respirasi.
Inhibitor kompetititf dapat diatasi dengan penambahan konsentrasi substrat.
Molekul penghambat yang
bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif enzim.
Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan
dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat.
- Konsentrasi Enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi
oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim makin tinggi pula
kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi.
- Konsentrasi Substrat
Peningkatan konsentransi
substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah enzim tetap. Namun
pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan substrat
tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya.